welcoming guest

Tuesday, November 19, 2013

Danau Hitam

Oleh: Anita Yusticia Sari
Rintik sinar mentari Oktober di hari ke 20, periode 2013

Catatan: Ini bukanlah puisi tentang percintaan atau romantisme cinta, apalagi tentang misteri dan dunia gotik. Jangan berpikir macam-macam. Ini hanyalah puisi biasa dan sederhana tentang sesuatu yang lama kau kenal, tapi kau tidak pernah bisa mengerti.
Gaya: repetisi, hiperbola, metafor, personifikasi.
 
Danau Hitam
Aku takkan bercerita tentang misteri
Gentayang hantu-hantu laknat
Pekat duabelas
Dan gesek ranting dalam seruak angin
Tapi
Berjalanlah dalam diam
Senyap
Ke sebuah tempat yang telah kau kenal
Tapi yang kau tahu hanya kotak teka-teki
Atau kotak pandora munafik

Ini misteri akut
Terkadang aku takut
Dan hanya tertunduk bersemu jingga
Aku hanya ingin diam
Aku tapi tak ingin hanyut kedalamnya!
Tapi aku ingin banyak tahu
Mengapa mereka tersesat dan tak dapat kembali
Atau mengapa mereka dapat jatuh sedalam-dalamnya
Pun para pemain kejar-tangkap senang mengintimidasiku
Penyair senang menyenandungkan kecantikannya yang memikat
Aku tak pelak terpikat
Tapi aku takut terjerat

Pergilah ke sebuah danau hitam
Jika rintik cahaya berpendar
Di sendunya dan hampa
Atau pada lubang raksasa pemalu
Yang menghilang kala pekat bubuk kopi
Ada hutan awan lembut yang menari-nari
Menarik-narik lembut jemari
Jendela-jendela besar jerat laba menganga
Padanya aku jatuh tertidur untuk waktu yang lama
Akar dan seratnya mengikatku erat
Tanpa geming

Aku suka warna pelangi
Atau semburat gemintang senja
Dimana senyumku akan mengembang
Dimana aku tak dapat lagi berlari
Karena kaki-kakiku diikat warna-warni

Ini bukan sekedar pecinta biasa
Pecinta para pecinta
Tapi hanya sebuah cermin tarsah
Dan cerita tentang danau hitam
Begitu aku tahu ceritanya
Aku terkatup rapat
Dan tak bisa kembali

No comments:

Post a Comment